Selama ini hampir semua UMKM lahir dan tumbuh dengan sendirinya, ada yang lahir dengan sehat, ada yang tidak sehat, ada yang belum cukup umur untuk dilahirkan tapi terpaksa sudah harus lahir menjadi UMKM. Seperti halnya bayi manusia, UMKM yang lahir prematur memerlukan sebuah Inkubator untuk memberikan daya dukung kehidupan hingga sang bayi mampu hidup dan sehat.
Citra UMKM hampir tak pernah lepas dari dua hal, pertama, selalu dianggap sebagai usaha yang tahan banting ditengah badai krisis ekonomi, kedua, selalu memiliki kelemahan yang dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari UMKM, misalnya lemah dari sisi manajemen usaha, lemah dari sisi teknologi, lemah dari sisi pemasaran, lemah dari sisi manajemen keuangan, akses permodalan, SDM, dan berbagai kelemahan lainnya. Mungkin harus dibuatkan istilah bagi UMKM yakni si lemah yang tahan banting !. Hal tersebut mungkin saja terjadi akibat proses kelahiran UMKM yang prematur, banyak yang belum siap untuk menjadi UMKM yang sehat, dan badai itu sendirilah yang memaksa kelahiran-kelahiran UMKM yang prematur. Kesempatan kerja formal yang menyempit, struktur perusahaan yang semakin ramping sehingga harus mem PHK karyawannya, masih banyaknya pengangguran, dll. Peluang yang terbuka adalah kerja non formal menjadi UMKM, namun seringkali mereka juga belum siap karena tak terbiasa dalam bidang ini, kurang pengalaman, serta pendidikan mereka umumnya bukan ditujukan untuk menjadi UMKM. Dengan kata lain, untuk menjadi UMKMpun diperlukan beberapa hal, seperti memiliki jiwa kewirausahaan yang dapat tumbuh melalui kebiasaan-kebiasaan atau pendidikan kejuruan, atau lingkungan usaha disekitarnya.
UMKM sendiripun menyadari berbagai kelemahan yang dimilikinya, namun mereka tidak tahu dimana tempat yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berusaha. Perhatian dari berbagai pihak seperti dari pemerintah memang cukup besar, namun bisa dikatakan tidak semua UMKM berkesempatan mendapatkannya, terutama dari segi anggaran yang terbatas, tidak setiap saat ada program pelatihan. Diperlukan sebuah Inkubator bisnis mandiri yang dapat diakses oleh UMKM sepanjang tahun, dan sedapat mungkin juga dibiayai oleh UMKM itu sendiri. Dengan kata lain UMKMpun memerlukan sekolah bisnis sendiri.
Inkubator bisnis adalah sebuah tempat, dimana UMKM dapat mempersiapkan dirinya dengan berbagai bekal pengetahuan dan keterampilan yang dapat mendukung usahanya. Dalam inkubator ini seorang wirausaha dapat melihat daya dukung apa yang ia perlukan, apakah permodalan, motivasi usaha, manajemen produksi, manajemen organisasi, manajemen pemasaran, informasi pasar, manajemen keuangan, teknologi produksi, teknologi kemasan, peluang-peluang pasar, jaringan pemasaran, promosi dan publikasi usaha, dan lain-lain. Wirausaha dapat memilih bidang apa yang diperlukannya untuk menyehatkan perusahaannya, atau ia dapat mengikuti keseluruhan program inkubator secara lengkap.
Tujuan yang ingin dicapai melalui inkubator bisnis adalah munculnya UMKM / wirausaha yang sehat, bebas dari berbagai kelemahan yang selama ini melekat pada citra UMKM, minimal mereka tahu bagaimana cara menemukan solusi bagi permasalahan mereka.
Jika melihat dari berbagai lembaga pendidikan yang ada, yang cukup tepat untuk membangun inkubator bisnis adalah yang bersifat kejuruan. Hal ini dimungkinkan karena pada lembaga pendidikan jenis ini cukup tersedia alat praktek ( padat alat dan padat tenaga ahli/guru teknis ). Yang perlu ditambahkan adalah mata ajaran dan pelatihan kewirausahaan ( jika belum ada disitu ). Saat inipun pemerintah telah mengharuskan diajarkannya mata ajaran kewirausahaan diperguruan tinggi, sehingga lulusannya juga memiliki pengetahuan yang cukup untuk berwirausaha mandiri, dapat membuka lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan orang lain. Jika sudah ada mata pelajaran kewirausahaan, maka yang perlu ditambahkan adalah pelajaran ekstra kurikuler mendirikan usaha benaran namun tingkat pemula bagi setiap murid kelas dua misalnya. Usaha ini dipilih sendiri kemudian dikelola sendiri dengan bimbingan langsung dari guru ataupun konsultan khusus. Dengan cara ini siswa telah diperkenalkan dengan dunia usaha yang nyata, mengenal cara mengelola usaha dengan manajemen sederhana, mengenal pasar dan teknik pemasaran serta promosi, pengendalian keuangan dan lain-lain. Pengalaman ini akan menjadi bekal bagi mereka untuk kelak selesai kuliah menciptakan lapangan kerja mandiri bagi mereka dan orang disekitarnya. Pengalaman ini juga dapat menjadi dasar bagi mereka untuk memilih fakultas di universitas yang cocok dengan bidang usaha yang kelak mereka bangun kembali.